Selasa, 17 Agustus 2010

BLOCKING INTERNET VIA NAWALA

Bagaimana mem-filter konten2 negatif melalui DNS filter? saat ini sudah ada Nawala Project. Sebuah layanan yang bebas digunakan oleh pengguna internet yang membutuhkan saringan konten negatif. Nawala Project secara spesifik akan memblokir jenis konten negatif yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan, nilai dan norma sosial, adat istiadat dan kesusilaan bangsa Indonesia seperti pornografi dan perjudian. Selain itu, Nawala Project juga akan memblokir situs Internet yang mengandung konten berbahaya seperti malware, situs phisingdan sejenisnya.

Jangan takut, DNS Nawala juga menyaring Conficker. Jadi jangan tunggu lagi, segera gunakan DNS Nawala.


Dengan adanya blocking via DNS filter ini, diharapkan Indonesia bisa bersih dari akses
2 negatif sekaligus bisa menghemat pengeluaran bandwith yang tidak berguna.

Mari bersama-sama berpartisipasi untuk mem-filter akses
2 konten negatif, khususnya bagi anak2 kita. Caranya adalah cukup mengganti setting DNS server ke:

* 203.34.118.10 (primary)
* 203.34.118.12 (secondary)

Untuk panduan dokumen lebih lengkapnya bisa Anda baca di:
http://awari.or.id/docs/

Apa dan Bagaimana Nawala Project Bekerja?

Konseptor, inisiator dan developer Nawala Project adalah Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI) yang didukung oleh komunitas non WARNET di milis DNS awari@googlegroups.com dan sejumlah komunitas keamanan Internet. Policy black list ditentukan forum diskusi komunitas secara demokratis diantara para evaluator dengan memperhatikan etika, independensi serta integritas.

Sistem yang digunakan oleh Nawala Project sepenuhnya menggunakan sumber daya open source dan berjalan di atas sistem operasi Linux secara native. Saat ini sedang dibangun portal yang nantinya dapat diakses publik untuk mengenal Nawala Project, mengikuti perkembangan dan berpartisipasi aktif di dalamnya.

Sejumlah kemampuan tambahan seperti local resolver, anti phising site terus dikembangkan dan diperkuat. Terutama dengan meningkatkan upaya untuk menghasilkan kemampuan pengamanan yang lebih baik lagi. Untuk itu Nawala Project aktif mengupayakan kerjasama dengan pihak otoritas pengelolaan data dan sumber daya domain name lokal maupun Internasional.

Pada saat ini, Nawala Project masih dalam versi Beta namun telah memiliki koleksi black list hingga lebih dari 8 (delapan) juta alamat URL/URI yang setiap hari dilakukan update secara manual oleh volunteer dari seluruh Indonesia.

Pemanfaatan DNS Filtering untuk akses Internet massal seperti di instansi dan perkantoran, kampus, sekolah, RT/RW Net, WARNET dan HotSpot serta perorangan/individu akan efektif apabila admin menerapkan penutupan akses pada main gateway router untuk DNS query resolver (port 53 UDP) yang menuju ke arah selain layanan DNS Nawala Project. Sehingga pengguna akan dipaksa untuk hanya menggunakan layanan DNS query resolver dari Nawala Project ini.

Akhirnya, mari bersama-sama ciptakan akses internet yang aman dan bersih dengan memanfaatkan system open source ini.

Sumber rujukan:
http://www.awari.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=75&Itemid=1
http://www.pataka.net/2008/12/07/nawala-project-dns-filtering-indonesia/

MAKNA KEMERDEKAAN YANG HAKIKI - ISLAM TIME

Kita memang telah memproklamasikan kemerdekaan kita sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan bangsa-bangsa di dunia pun telah mengakui kemerdekaan kita. Tetapi, apakah kita sendiri telah merasakan kemerdekaan itu? Benarkah kita telah merdeka dalam pengertian yang sesungguhnya? Inilah yang mengemuka dalam perbincangan santai dengan Najib Husain, seorang aktivis-muslim yang kini menjabat sebagai HUMAS di Voice of Palestine (VOP), sebuah NGO yang sangat peduli dengan kemerdekaan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa lain di dunia. Berikut ini petikan wawancara itu.

Pertanyaan pertama, apa makna atau hakikat kemerdekaan itu?
Kemerdekaan yang dipahami secara umum adalah hidup tanpa dijajah atau dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan asing. Jadi kemerdekaan yang sesungguhnya, kalau kita kaitkan dengan konteks sebuah negara, maka negara yang merdeka adalah negara yang berdaulat, yang berhak untuk mengatur negaranya tanpa campur tangan pihak-pihak asing.

Dalam definisi semacam itu, apakah bangsa Indonesia termasuk dalam kategori sebuah bangsa yang telah merdeka?

Ya, jika kita lihat kenyataan dan fakta yang ada, maka pada masa sekarang ini, jelas bahwa negeri kita ini belumlah merdeka. Mengingat, kekuatan-kekuatan asing masih mempengaruhi bangsa Indonesia, baik dari sisi politik, sosial, agama, atau budaya. Jadi semuanya sudah tercampurtangani kekuatan-kekuatan asing. Kemudian, bukti lain bahwa bangsa Indonesia belum meraih kemerdekaannya adalah bahwa kekayaan alam yang semestinya menjadi milik dan dinikmati oleh bangsa Indonesia, sampai sekarang ini masih diambil dan dikuasai oleh pihak-pihak asing.

Jadi penjajahan itu bukan hanya berarti bahwa suatu bangsa telah ditindas oleh bangsa lain secara langsung, atau dalam pengertian militer?

Model penjajahan pada masa-masa yang lalu memang terlalu pamer kekuatan, sehingga bentuk penjajahan seperti itu selalu dengan kekuatan fisik, kekuatan militer, dan dengan penghancuran. Tetapi pada masa sekarang ini, penjajahan dilakukan dalam bentuknya yang sangat halus dan rapi. Karena, tujuan dari penjajahan itu adalah mengambil keuntungan atau kekayaan alam dari sebuah negara. Jika kekayaan alam itu bisa diambil tanpa kekerasan, maka itulah yang akan mereka lakukan. Dan kalau kita lihat, negeri kita dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, sementara pada masa itu—dan ini yang sangat memalukan—Belanda hanya berpenduduk 4 juta. Dan yang menjajah negeri kita itu bukan dari kekuatan militer Belanda, tetapi dari para pedagang. Sehingga orang-orang tua kita menyebutnya sebagai Kompeni Belanda; dari pihak perusahaan. Jadi yang datang untuk menyerang negeri kita itu bukan kapal induk yang berisikan tentara-tentara militer, tetapi kapal-kapal dagang Belanda yang bertujuan menguasai ekonomi di Indonesia dan mencuri kekayaan-kekayaan alam yang ada di negeri kita untuk membangun negara mereka.

Saat ini, kira-kira anasir asing mana yang ingin dan sedang bekerja secara tidak langsung dalam menjajah negeri ini?

Jelas, dari fakta-fakta yang ada, itulah Amerika. Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda sendiri mengakui bahwa Blok Cepu itu tidak diminta oleh Amerika, akan tetapi pihak pemerintah sendiri secara sukarela memberikan hadiah kepada Amerika, yang saat itu diwakili oleh Condoleeza Rice, selaku Menteri Luar Negeri. Demikian pula dengan kekayaan emas di negeri kita, di Papua. Itu jelas dikirim ke Amerika dan ke beberapa negara Eropa, yang bisa terlihat dari para pekerja-utama di perusahaan Freeport itu, yang kebanyakan orang-orang asing dari Australia, Jerman, Belgia, dan Amerika sendiri. Secara umum, kekuatan-kekuatan asing ini bertujuan untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia, di mana negeri kita terkenal sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi, tetapi jumlah penduduk yang miskin, yang putus sekolah, yang menjadi gelandangan jauh lebih banyak ketimbang kelompok yang hidupnya nyaman, kaya, dan hidup dalam kesejahteraan. Karenanya, kekuatan-kekuatan asing inilah yang mesti diwaspadai, dan terhadap kekuatan-kekuatan asing inilah semestinya setiap komponen bangsa memiliki sikap untuk berani berputus-hubungan dengan mereka.
Berarti, ada kekuatan atau anasir dalam negeri sendiri yang tega menjual negerinya kepada pihak asing atau hanya untuk kepentingan pribadi telah berkhianat terhadap bangsanya?
Pola-pola seperti itu sudah berlangsung sekian lama. Selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda yang jumlahnya sangat sedikit itu. Kita mampu dikuasai lantaran adanya para pengkhianat dari bangsa sendiri, yang biasa disebut sebagai antek-antek Belanda. Merekalah yang berkhianat; merekalah yang menjual tanah negeri ini, Ibu Pertiwi ini, kepada bangsa asing. Dan pada masa sekarang, wujud mereka bisa saja orang-orang dermawan, orang yang baik seperti seorang guru, atau siapapun yang tidak pernah melakukan pembelaan atau kepedulian atas terjadinya penjajahan secara ekonomi atau penjajahan secara budaya yang dialami oleh bangsa Indonesia. Mereka termasuk para pengkhianat negeri ini dan antek-antek penjajah asing. Dan pola ini tidak pernah berbeda serta selalu sama! Setiap masa ada pejuang dan ada pengkhianat. Dan pengkhianat-pengkhianat inilah yang selalu meluluskan tujuan-tujuan kotor kaum imperialis.

Kalau kita perhatikan, kesadaran semacam itu, bahwa bangsa kita sesungguhnya masih dijajah secara massif atau benar-benar dalam penjajahan, kira-kira apa yang mesti kita lakukan untuk menanamkan kesadaran bagi bangsa ini; bahwa mereka sedang dalam penjajahan model baru dan harus keluar dari kondisi ketertindasan itu?

Menurut saya, hal penting yang mesti dilakukan para tokoh agama, para pengajar, para guru, juga para mahasiswa adalah membangun semangat patriotisme. Nabi Islam mengatakan bahwa cinta kepada tanah air itu merupakan bagian daripada iman dan kecintaan kepada tanah air inilah yang akan melahirkan semangat juang, semangat pembelaan, dan kepedulian terhadap kekayaan alam yang ada di negeri sendiri. Nah, semangat-semangat inilah yang mesti dibangun. Dan pergerakan apapun, itu tidaklah tepat bila mengatasnamakan kelompok atau agama tertentu. Siapapun yang ingin melakukan suatu pergerakan, sebaiknya mengatasnamakan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Sehingga, tidak ada keinginan-keinginan untuk menjadikan Indonesia ini negara yang berasaskan agama tertentu. Bahwa Indonesia itu berazaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu adalah dasar yang sangat tepat. Dan kewajiban setiap tokoh agama; Muslim, Kristen, Hindu, Budha, semuanya adalah menjalin hubungan yang baik untuk membangun negeri ini, untuk peduli kepada negeri ini, sehingga seluruh kekayaan alam yang ada di negeri kita, minyaknya yang terbaik, emasnya yang terbaik, uraniumnya yang terbaik, hutannya yang paling subur, semuanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh rakyat. Sehingga, kita semua dapat memiliki impian bahwa pada suatu saat nanti di negeri ini tiada lagi bayi-bayi yang kekurangan gizi, anak-anak kecil yang mengamen di perempatan jalan, dan anak-anak gelandangan serta putus sekolah. Itulah impian kita. Dan yang terpenting adalah setiap orang bangga menjadi bangsa Indonesia; sebuah bangsa yang terhormat. Perlu saya tambahkan, hal yang patut kita syukuri adalah bahwa selain kaya akan sumber daya alam, negeri kita juga kaya akan potensi-potensi besar. Dalam perlombaan olimpiade ilmiah misalnya, putra-putra bangsa kita yang selalu menjadi juara. Ini adalah sebuah kekayaan yang mesti dijaga.

Jadi umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa ini memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibanding yang lain, begitu?

Ya, jelas… Lantaran Muslimin itu mayoritas, maka mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Akan tetapi, bukan azas Islam yang harus digembar-gemborkan, tetapi azas patriotisme yang harus dikedepankan. Mengingat, negeri ini majemuk; berbagai suku, ras, dan agama ada di negeri kita. Sehingga, azas Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dipilih oleh para proklamator dan pejuang kemerdekaan 45 itu adalah azas yang tepat untuk negeri Indonesia. Kewajiban bagi generasi sekarang ini adalah bagaimana memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu. Kaum Muslimin harus memperjuangkan negeri Indonesia dengan dua azas ini.

Namun mungkin ada hal-hal lain atau pesan yang perlu disampaikan, khususnya menyangkut ulang tahun kemerdekaan negeri ini, 17 Agustus?

Pesan saya ini ditujukan kepada dua kelompok; yang pertama kaum terpelajar, terutama mahasiswa. Pesan ini mengutip perkataan seorang bijak, yang memberikan nasihat kepada para pemuda, yang intinya, “Wahai para pemuda! Pelajarilah Fisika, Biologi, Kimia, dan ilmu pengetahuan lainnya agar tidak jatuh ke tangan yang salah, tetapi jatuh ke tangan orang-orang yang memiliki nurani, orang-orang yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.” Benar, ilmu-ilmu seperti ini, jika jatuh atau dikuasai oleh orang-orang yang memiliki prikemanusiaan, maka semuanya akan digunakan untuk melayani manusia dan kemanusiaan, bukan untuk menghancurkan manusia dan kemanusiaan. Dan pesan saya lainnya adalah untuk para tokoh agama agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, melihat titik persamaan, dan bukan titik perbedaan. Karena dengan bersama, seseorang akan menjadi kuat. Begitu juga kelompok dan bangsa, yakni ketika seluruh komponen bangsa itu bersatu demi membela bangsa dan tanah airnya.[IslamTimes/Jv/R]

Rabu, 21 Juli 2010

Lima Hal Dalam Pendidikan Anak Menurut Islam

Bunda, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bunda, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bunda, mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bunda, mari persiapkan diri kita untuk itu.

Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.

Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:

Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.

Yang kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya. Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.

Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1. Tahap
BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2. Tahap
PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3. Tahap
KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yangkedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yangterakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.

Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan(sebagai metode yang paling efektif).

Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan
Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) PendidikanSosial (6) Pendidikan Kejiwaan/Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka. Kepribadian (7) Pendidikan

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.

Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam, (SAN)

Catatan:
- Lima Poin Pendidikan Anak:1.Paradigma sukses 2.Mengenal Tahapan&Sifat 3.Metode 4.Isi 5.Target.
- Buku Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) diterjemahkan dengan judul “Sistem Pendidikan Islam” terbitan Al-Ma’arif Bandung, dan buku Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam) diterjemahkan dengan judul Pendidikan Anak Dalam Islam.

Surga Untuk Ayah Bundaku - Abdurahman Faiz

Dalam puisiku aku pernah menulis: Aku mencintai bunda seperti aku mencintai surga.

Sebenarnya aku tak tahu seindah dan seagung apa surga itu. Tapi apa ada yang lebih indah dari surga dan cinta? Dari kitab suciku dan hadis nabi, aku tahu tak satu pun orang yang lebih tua dariku tahu apa itu surga. Sama sepertiku, mereka yakin, itulah tempat paling indah. Paling agung.

Aku selalu membayangkan tentang surga itu. Itu ada karena cinta Allah yang besar pada hambaNya. Padahal terserah Allah kan kalau Allah tidak mau memberi kita surga. Tapi yang kutahu Allah itu tidak pernah ingkar janji sih.

Aku yakin, kalau aku bisa masuk ke sana, aku bisa mendapatkan yang aku mau. Di surga mungkin aku tak perlu meminta. Kalau aku berpikir tentang pizza atau nasi kuning, maka tiba-tiba di hadapanku sudah ada deh. Sungai-sungai di surga juga banyak. Airnya bisa langsung diminum. Tinggal pilih mau minum apa: susu, soft drink atau capuccino, mocca oreo? Aku suka mocca oreo sama lemon tea.

Di surga tidak ada yang perlu mandi atau buang air. Kan semua bersih dan wangi terus tanpa harus pakai parfum. Ibu-ibu tidak usah mencuci, menyetrika atau memasak. Tidak perlu repot-repot. Pikirkan dan katakan saja. Lalu ting! Muncul deh.

Aku membayangkan surga yang bertingkat-tingkat. Yang mewahnya lebih dari apartemen manapun. Mungkin untuk anak kecil, ada lift yang terbuat dari coklat. Kalau cat coklat lift itu dicolek dan dimakan tidak apa. Nanti tumbuh lagi.

Kalau anak soleh, katanya dapat sayap. Jadi bisa terbang ke sana kemari. Menempel di dinding-dinding surga. Melihat orang-orang baik yang mukanya bercahaya semua. Aku ingin terbang mencari Nabi Muhammad dan Umar . Aku cintaaa sekali sama mereka.

Kubayangkan di surga itu ada panggung yang megah. Aku dan semua orang bisa membaca puisi puji-pujian untuk Allah. Musik di surga seperti apa ya? Pasti lebih indah daripada irama yang pernah kudengar selama ini.

Aku juga jadi ingat si Einstein. Dia membayangkan surga itu adalah perpustakaan raksasa yang dipenuhi banyak buku!.Lucu tapi keren juga. Yang pasti Allah itu Maha Hebat!

Aku ingin sekali masuk surga nanti. Sudah pasti indahnya luar biasa. Tak bisa dibayangkan sebelumnya, begitu kata Nabi. Aku pun ingin ayah bunda masuk ke sana. Nah, aku sudah tahu caranya. Aku harus jadi anak saleh. Soalnya kata Nabi, anak saleh bisa menyelamatkan ayah bunda dari api neraka.

Mengapa aku menulis: aku mencintai bunda seperti surga?

Ya karena aku cinta sekali padanya. Dan supaya aku ingat. Surga sangat mahal. Tak satu mata uang pun yang bisa membelinya. Tidak euro tidak dolar. Tidak juga uang segunung. Tiketnya hanya kesalehan. Tiketnya anak saleh. Dan ini memang susah sekali deh.

Semoga aku bisa, ya Allah. Masuk surga membawa ayah bundaku. Semoga semua orang yang kucintai, yang baik hati juga sampai ke sana. Itulah harapan, doa abadiku.
Amiin.

Keledai Pembawa Garam

Keledai Pembawa Garam
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam dipunggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan….

Byuur… Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban dipunggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf… garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur…. Tentu saja garam yang ada dipunggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja. Byuuur…. Namun apa yang terjadi ? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.


Media Massa, Teknologi, dan Perkembangan Mental Anak

Media Massa, Teknologi, dan Perkembangan Mental Anak

Hari-hari terakhir ini, kita hampir tidak dapat dilepaskan dari hingar bingar berita skandal video porno mirip artis yang sudah tersebar bebas di internet. Lepas dari segala kecaman maupun berita yang disorotkan ke artis yang terlibat, kita memang perlu prihatin bahwa tersebarnya rekaman tersebut, sudah terjangkau hingga ke berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Bahkan jauh sebelum kehebohan video ini muncul, kita tentu masih ingat tersebarnya pula rekaman video seks mantan pejabat, mahasiswa, ganti baju artis, dan masih banyak lagi.

Semuanya merupakan aktivitas yang cenderung ditabukan dalam kultur masyarakat kita, terutama bagi anak-anak. Dan tidak dapat dipungkiri, kasus yang melibatkan artis-artis terkenal ini menjadi perhatian public maupun pemerintah yang cukup besar karena mereka adalah figur public, sehingga membuat lebih banyak kalangan yang cenderung ingin tahu, apa yang sedang diberitakan media massa.

Harus kita akui, di jaman yang serba modern ini, penyebaran informasi apapun, baik yang positif maupun negative, relative sulit dihindari, termasuk juga informasi-informasi yang seharusnya diperuntukkan untuk orang dewasa yang sudah siap lahir dan batin menerima informasi tersebut. Apalagi, perkembangan internet dan perangkatnya yang semakin murah dan semakin kita butuhkan untuk aktivitas sehari-hari sehingga memungkinkan akses yang semakin mudah.

Tentu tidak akan efektif bila kita sebagai orang tua, hanya sekedar melarang anak kita dan memarahinya bila kita mendapatinya sedang mengkonsumsi informasi yang tergolong dewasa, baik melalui internet, handphone, televisi ataupun alat teknologi lain, karena hal itu akan memunculkan rasa penasaran yang besar pada anak, dan ujung-ujungnya, akan mudah tergoda untuk mencari tahu dalam bentuk praktek nyata, seperti yang kebanyakan diberitakan selama ini di berbagai media massa.

Oleh sebab itu, kunci utama untuk melindungi buah hati kita dari dampak negative kemajuan teknologi, dengan tetap kita mampu memaksimalkan segi positif dari teknologi tersebut, adalah KOMUNIKASI. Seperti layaknya setiap hubungan apapun itu, termasuk hubungan antar suami-istri, KOMUNIKASI merupakan sarana yang paling efektif untuk saling memberikan masukan, saling memahami, saling memberikan pengertian, dan saling belajar satu sama lain dalam mencapai win-win solution di setiap masalah apapun.

Marah, memaksa, melarang, menghukum, maupun tindakan emosional lainnya, cenderung meningkatkan perasaan tertekan dan keinginan memberontak pada anak, yang ujung-ujungnya, akan menyulitkan orang tua dalam penanaman nilai secara tepat.

Komunikasi antar orang tua-anak yang terjalin dengan baik (artinya, anak merasa nyaman setiap kali berkomunikasi dengan orang tuanya, bukan malah tertekan atau takut), akan jauh lebih efektif untuk menanamkan nilai-nilai dibandingkan factor luar. Hanya pada saat anak tidak merasa nyaman ketika ia di rumah, itulah saatnya factor luar (teman, media massa, dll) memberikan pengaruh yang signifikan.

Lantas, bagaimana caranya ber-KOMUNIKASI yang efektif agar anak mudah memahami pengertian yang dimaksud orang tua?

Di sini, dibutuhkan KESESUAIAN antara inti informasi yang dikomunikasikan orang tua dengan perkembangan mental anak, yang umumnya mengikuti perkembangan usianya.

Tidak dapat dipungkiri, perkembangan intelektual dapat semakin cepat dan semakin dini berkat pengaruh gizi, lingkungan, maupun pola asuh. Namun sebaliknya, perkembangan mental perlu proses sinergi terus menerus antara orang tua-anak-lingkungan hingga anak mulai mampu mengambil tanggung jawab secara mandiri di masa dewasa.

Oleh sebab itu, kami sajikan beberapa tips berikut ini yang dapat dicoba orang tua dalam menanamkan nilai-nilai normative (khususnya terkait perilaku seks bebas):

1. Memanfaatkan Perumpamaan/ Metafora CINTA dan RESMI

Hal ini terutama saat anak berusia di bawah sekurang-kurangnya 7 tahun (sekitar SD kelas 2), bertanya dari mana ia dilahirkan.

  • Lebih baik orang tua menghindari jawaban yang sulit diterima akal sehat karena kelak di masa depan, anak akan sulit percaya kepada orang tua bila ternyata kenyataannya tidak seperti yang disampaikan orang tua.
  • Lebih baik orang tua memberikan jawaban dari Cinta, seperti cerita cinta dongeng Cinderella dan dari Cinta itulah, anak dilahirkan. Maka, konsep terlahir dari “Cinta”, menjadi norma yang terekam di informasi anak.
  • Di atas usia 7 th – awal masa akil balik, orang tua bisa menambahkan konsep “Cinta” tersebut dengan konsep “Resmi”, di mata agama dan hukum, seperti anak yang terlahir dari Cinta yang telah dipersatukan secara resmi oleh agama dan hukum dalam bentuk pernikahan yang sah.
  • Maka ketika anak sudah memasuki masa akil balik (remaja ke atas), nilai-nilai “Cinta” dan “Resmi” sudah terekam di kepribadian anak, sehingga selanjutnya, tugas orang tua relative lebih ringan dengan membimbing anak untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi organ tubuh yang sudah mulai matang. Baru pada saat itulah, anak baru dapat belajar mengenai awal mula “Proses Biologis” terbentuknya kelahiran anak dengan nilai-nilai “Cinta” dan “Resmi” yang tertanam.

2. Menunjukkan kebahagiaan yang terpancar dari foto-foto perkawinan orang tua

3. Menunjukkan kebahagiaan yang terpancar dari dokumen kelahiran anak, hasil dari Cinta kasih yang diwujudkan dalam bentuk pernikahan Resmi.

4. Menekankankan dan selalu mengulang kata “Ayah dan Ibu PERCAYA sama Adik (atau nama panggilan anak), dan bahwa Adik akan selalu menggunakan kepercayaan Ayah dan Ibu dengan baik”

5. Menjelaskan bahwa perilaku seks bebas seperti yang ditunjukkan oleh artis maupun orang lain seperti yang diberitakan di berbagai media massa maupun internet, itu bukanlah “Cinta” karena tidak dipertanggungjawabkan secara “Resmi” di hadapan agama dan hukum. Maka dari itu, perilaku semacam itu, tidak akan menghasilkan kebahagiaan bagi diri sendiri.

  • Hal ini-pun berlaku ketika anak sudah menginjak remaja dan mulai menjalin hubungan pacaran, sehingga dengan nilai/ kata kunci “Cinta”, “Resmi”, maupun “Orang tua Percaya” yang telah tertanam dalam prinsip hidup anak, kondisi mental anak akan relative sudah siap untuk menjaga diri sendiri dari godaan untuk melakukan hubungan seksual sebelum waktunya, walaupun dengan pacar sendiri.

6. Yang terakhir dan tak kalah pentingnya, adalah PANUTAN dari orang tua. Tanpa “PANUTAN” yang sesuai dengan kenyataan yang dilihat anak, maka langkah 1 s/d 5 akan menjadi kurang efektif, atau lebih tepatnya, sia-sia.

Seperti sebuah pepatah mengatakan, “Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Demikian juga dengan perkembangan mental pada generasi muda masa datang, khususnya anak-anak kita.

Kita tidak dapat memperbaiki masa lalu, kita tidak dapat menutup diri dari perkembangan jaman, kita juga tidak dapat menghindari kemajuan teknologi yang sangat cepat, tapi kita dapat belajar dari kesalahan dan memperbaikinya demi masa depan yang lebih baik. Dan, itu semua tergantung dari diri kita masing-masing saat ini.

Selamat menjadi orang tua yang berbahagia! ^_^

Penulis :
Siti Marini Wulandari, M.Psi., Psikolog, dan
Suwito Hendraningrat Pudiono, M.Psi., Psikolog

Aku Pasti Bisa

Saat ku menyerah
Aku coba sampai bisa
Saat ku putus asa
Aku coba berlatih keras

Saat aku kebingungan
Kucoba untuk bertanya
Saat aku bersemangat
Semangatku menyala nyala

Kucoba semua
Demi masa depanku
Hasilnya tak terkira
Aku bisa!

Aku bisa
kalau aku berusaha
Apapun yang terjadi,
aku pasti bisa!

Ratrya Khansa Amira