Selasa, 17 Agustus 2010

BLOCKING INTERNET VIA NAWALA

Bagaimana mem-filter konten2 negatif melalui DNS filter? saat ini sudah ada Nawala Project. Sebuah layanan yang bebas digunakan oleh pengguna internet yang membutuhkan saringan konten negatif. Nawala Project secara spesifik akan memblokir jenis konten negatif yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan, nilai dan norma sosial, adat istiadat dan kesusilaan bangsa Indonesia seperti pornografi dan perjudian. Selain itu, Nawala Project juga akan memblokir situs Internet yang mengandung konten berbahaya seperti malware, situs phisingdan sejenisnya.

Jangan takut, DNS Nawala juga menyaring Conficker. Jadi jangan tunggu lagi, segera gunakan DNS Nawala.


Dengan adanya blocking via DNS filter ini, diharapkan Indonesia bisa bersih dari akses
2 negatif sekaligus bisa menghemat pengeluaran bandwith yang tidak berguna.

Mari bersama-sama berpartisipasi untuk mem-filter akses
2 konten negatif, khususnya bagi anak2 kita. Caranya adalah cukup mengganti setting DNS server ke:

* 203.34.118.10 (primary)
* 203.34.118.12 (secondary)

Untuk panduan dokumen lebih lengkapnya bisa Anda baca di:
http://awari.or.id/docs/

Apa dan Bagaimana Nawala Project Bekerja?

Konseptor, inisiator dan developer Nawala Project adalah Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI) yang didukung oleh komunitas non WARNET di milis DNS awari@googlegroups.com dan sejumlah komunitas keamanan Internet. Policy black list ditentukan forum diskusi komunitas secara demokratis diantara para evaluator dengan memperhatikan etika, independensi serta integritas.

Sistem yang digunakan oleh Nawala Project sepenuhnya menggunakan sumber daya open source dan berjalan di atas sistem operasi Linux secara native. Saat ini sedang dibangun portal yang nantinya dapat diakses publik untuk mengenal Nawala Project, mengikuti perkembangan dan berpartisipasi aktif di dalamnya.

Sejumlah kemampuan tambahan seperti local resolver, anti phising site terus dikembangkan dan diperkuat. Terutama dengan meningkatkan upaya untuk menghasilkan kemampuan pengamanan yang lebih baik lagi. Untuk itu Nawala Project aktif mengupayakan kerjasama dengan pihak otoritas pengelolaan data dan sumber daya domain name lokal maupun Internasional.

Pada saat ini, Nawala Project masih dalam versi Beta namun telah memiliki koleksi black list hingga lebih dari 8 (delapan) juta alamat URL/URI yang setiap hari dilakukan update secara manual oleh volunteer dari seluruh Indonesia.

Pemanfaatan DNS Filtering untuk akses Internet massal seperti di instansi dan perkantoran, kampus, sekolah, RT/RW Net, WARNET dan HotSpot serta perorangan/individu akan efektif apabila admin menerapkan penutupan akses pada main gateway router untuk DNS query resolver (port 53 UDP) yang menuju ke arah selain layanan DNS Nawala Project. Sehingga pengguna akan dipaksa untuk hanya menggunakan layanan DNS query resolver dari Nawala Project ini.

Akhirnya, mari bersama-sama ciptakan akses internet yang aman dan bersih dengan memanfaatkan system open source ini.

Sumber rujukan:
http://www.awari.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=75&Itemid=1
http://www.pataka.net/2008/12/07/nawala-project-dns-filtering-indonesia/

MAKNA KEMERDEKAAN YANG HAKIKI - ISLAM TIME

Kita memang telah memproklamasikan kemerdekaan kita sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan bangsa-bangsa di dunia pun telah mengakui kemerdekaan kita. Tetapi, apakah kita sendiri telah merasakan kemerdekaan itu? Benarkah kita telah merdeka dalam pengertian yang sesungguhnya? Inilah yang mengemuka dalam perbincangan santai dengan Najib Husain, seorang aktivis-muslim yang kini menjabat sebagai HUMAS di Voice of Palestine (VOP), sebuah NGO yang sangat peduli dengan kemerdekaan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa lain di dunia. Berikut ini petikan wawancara itu.

Pertanyaan pertama, apa makna atau hakikat kemerdekaan itu?
Kemerdekaan yang dipahami secara umum adalah hidup tanpa dijajah atau dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan asing. Jadi kemerdekaan yang sesungguhnya, kalau kita kaitkan dengan konteks sebuah negara, maka negara yang merdeka adalah negara yang berdaulat, yang berhak untuk mengatur negaranya tanpa campur tangan pihak-pihak asing.

Dalam definisi semacam itu, apakah bangsa Indonesia termasuk dalam kategori sebuah bangsa yang telah merdeka?

Ya, jika kita lihat kenyataan dan fakta yang ada, maka pada masa sekarang ini, jelas bahwa negeri kita ini belumlah merdeka. Mengingat, kekuatan-kekuatan asing masih mempengaruhi bangsa Indonesia, baik dari sisi politik, sosial, agama, atau budaya. Jadi semuanya sudah tercampurtangani kekuatan-kekuatan asing. Kemudian, bukti lain bahwa bangsa Indonesia belum meraih kemerdekaannya adalah bahwa kekayaan alam yang semestinya menjadi milik dan dinikmati oleh bangsa Indonesia, sampai sekarang ini masih diambil dan dikuasai oleh pihak-pihak asing.

Jadi penjajahan itu bukan hanya berarti bahwa suatu bangsa telah ditindas oleh bangsa lain secara langsung, atau dalam pengertian militer?

Model penjajahan pada masa-masa yang lalu memang terlalu pamer kekuatan, sehingga bentuk penjajahan seperti itu selalu dengan kekuatan fisik, kekuatan militer, dan dengan penghancuran. Tetapi pada masa sekarang ini, penjajahan dilakukan dalam bentuknya yang sangat halus dan rapi. Karena, tujuan dari penjajahan itu adalah mengambil keuntungan atau kekayaan alam dari sebuah negara. Jika kekayaan alam itu bisa diambil tanpa kekerasan, maka itulah yang akan mereka lakukan. Dan kalau kita lihat, negeri kita dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, sementara pada masa itu—dan ini yang sangat memalukan—Belanda hanya berpenduduk 4 juta. Dan yang menjajah negeri kita itu bukan dari kekuatan militer Belanda, tetapi dari para pedagang. Sehingga orang-orang tua kita menyebutnya sebagai Kompeni Belanda; dari pihak perusahaan. Jadi yang datang untuk menyerang negeri kita itu bukan kapal induk yang berisikan tentara-tentara militer, tetapi kapal-kapal dagang Belanda yang bertujuan menguasai ekonomi di Indonesia dan mencuri kekayaan-kekayaan alam yang ada di negeri kita untuk membangun negara mereka.

Saat ini, kira-kira anasir asing mana yang ingin dan sedang bekerja secara tidak langsung dalam menjajah negeri ini?

Jelas, dari fakta-fakta yang ada, itulah Amerika. Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda sendiri mengakui bahwa Blok Cepu itu tidak diminta oleh Amerika, akan tetapi pihak pemerintah sendiri secara sukarela memberikan hadiah kepada Amerika, yang saat itu diwakili oleh Condoleeza Rice, selaku Menteri Luar Negeri. Demikian pula dengan kekayaan emas di negeri kita, di Papua. Itu jelas dikirim ke Amerika dan ke beberapa negara Eropa, yang bisa terlihat dari para pekerja-utama di perusahaan Freeport itu, yang kebanyakan orang-orang asing dari Australia, Jerman, Belgia, dan Amerika sendiri. Secara umum, kekuatan-kekuatan asing ini bertujuan untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia, di mana negeri kita terkenal sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi, tetapi jumlah penduduk yang miskin, yang putus sekolah, yang menjadi gelandangan jauh lebih banyak ketimbang kelompok yang hidupnya nyaman, kaya, dan hidup dalam kesejahteraan. Karenanya, kekuatan-kekuatan asing inilah yang mesti diwaspadai, dan terhadap kekuatan-kekuatan asing inilah semestinya setiap komponen bangsa memiliki sikap untuk berani berputus-hubungan dengan mereka.
Berarti, ada kekuatan atau anasir dalam negeri sendiri yang tega menjual negerinya kepada pihak asing atau hanya untuk kepentingan pribadi telah berkhianat terhadap bangsanya?
Pola-pola seperti itu sudah berlangsung sekian lama. Selama 350 tahun bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda yang jumlahnya sangat sedikit itu. Kita mampu dikuasai lantaran adanya para pengkhianat dari bangsa sendiri, yang biasa disebut sebagai antek-antek Belanda. Merekalah yang berkhianat; merekalah yang menjual tanah negeri ini, Ibu Pertiwi ini, kepada bangsa asing. Dan pada masa sekarang, wujud mereka bisa saja orang-orang dermawan, orang yang baik seperti seorang guru, atau siapapun yang tidak pernah melakukan pembelaan atau kepedulian atas terjadinya penjajahan secara ekonomi atau penjajahan secara budaya yang dialami oleh bangsa Indonesia. Mereka termasuk para pengkhianat negeri ini dan antek-antek penjajah asing. Dan pola ini tidak pernah berbeda serta selalu sama! Setiap masa ada pejuang dan ada pengkhianat. Dan pengkhianat-pengkhianat inilah yang selalu meluluskan tujuan-tujuan kotor kaum imperialis.

Kalau kita perhatikan, kesadaran semacam itu, bahwa bangsa kita sesungguhnya masih dijajah secara massif atau benar-benar dalam penjajahan, kira-kira apa yang mesti kita lakukan untuk menanamkan kesadaran bagi bangsa ini; bahwa mereka sedang dalam penjajahan model baru dan harus keluar dari kondisi ketertindasan itu?

Menurut saya, hal penting yang mesti dilakukan para tokoh agama, para pengajar, para guru, juga para mahasiswa adalah membangun semangat patriotisme. Nabi Islam mengatakan bahwa cinta kepada tanah air itu merupakan bagian daripada iman dan kecintaan kepada tanah air inilah yang akan melahirkan semangat juang, semangat pembelaan, dan kepedulian terhadap kekayaan alam yang ada di negeri sendiri. Nah, semangat-semangat inilah yang mesti dibangun. Dan pergerakan apapun, itu tidaklah tepat bila mengatasnamakan kelompok atau agama tertentu. Siapapun yang ingin melakukan suatu pergerakan, sebaiknya mengatasnamakan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Sehingga, tidak ada keinginan-keinginan untuk menjadikan Indonesia ini negara yang berasaskan agama tertentu. Bahwa Indonesia itu berazaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu adalah dasar yang sangat tepat. Dan kewajiban setiap tokoh agama; Muslim, Kristen, Hindu, Budha, semuanya adalah menjalin hubungan yang baik untuk membangun negeri ini, untuk peduli kepada negeri ini, sehingga seluruh kekayaan alam yang ada di negeri kita, minyaknya yang terbaik, emasnya yang terbaik, uraniumnya yang terbaik, hutannya yang paling subur, semuanya bisa dirasakan dan dinikmati oleh rakyat. Sehingga, kita semua dapat memiliki impian bahwa pada suatu saat nanti di negeri ini tiada lagi bayi-bayi yang kekurangan gizi, anak-anak kecil yang mengamen di perempatan jalan, dan anak-anak gelandangan serta putus sekolah. Itulah impian kita. Dan yang terpenting adalah setiap orang bangga menjadi bangsa Indonesia; sebuah bangsa yang terhormat. Perlu saya tambahkan, hal yang patut kita syukuri adalah bahwa selain kaya akan sumber daya alam, negeri kita juga kaya akan potensi-potensi besar. Dalam perlombaan olimpiade ilmiah misalnya, putra-putra bangsa kita yang selalu menjadi juara. Ini adalah sebuah kekayaan yang mesti dijaga.

Jadi umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa ini memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibanding yang lain, begitu?

Ya, jelas… Lantaran Muslimin itu mayoritas, maka mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Akan tetapi, bukan azas Islam yang harus digembar-gemborkan, tetapi azas patriotisme yang harus dikedepankan. Mengingat, negeri ini majemuk; berbagai suku, ras, dan agama ada di negeri kita. Sehingga, azas Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dipilih oleh para proklamator dan pejuang kemerdekaan 45 itu adalah azas yang tepat untuk negeri Indonesia. Kewajiban bagi generasi sekarang ini adalah bagaimana memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika itu. Kaum Muslimin harus memperjuangkan negeri Indonesia dengan dua azas ini.

Namun mungkin ada hal-hal lain atau pesan yang perlu disampaikan, khususnya menyangkut ulang tahun kemerdekaan negeri ini, 17 Agustus?

Pesan saya ini ditujukan kepada dua kelompok; yang pertama kaum terpelajar, terutama mahasiswa. Pesan ini mengutip perkataan seorang bijak, yang memberikan nasihat kepada para pemuda, yang intinya, “Wahai para pemuda! Pelajarilah Fisika, Biologi, Kimia, dan ilmu pengetahuan lainnya agar tidak jatuh ke tangan yang salah, tetapi jatuh ke tangan orang-orang yang memiliki nurani, orang-orang yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.” Benar, ilmu-ilmu seperti ini, jika jatuh atau dikuasai oleh orang-orang yang memiliki prikemanusiaan, maka semuanya akan digunakan untuk melayani manusia dan kemanusiaan, bukan untuk menghancurkan manusia dan kemanusiaan. Dan pesan saya lainnya adalah untuk para tokoh agama agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, melihat titik persamaan, dan bukan titik perbedaan. Karena dengan bersama, seseorang akan menjadi kuat. Begitu juga kelompok dan bangsa, yakni ketika seluruh komponen bangsa itu bersatu demi membela bangsa dan tanah airnya.[IslamTimes/Jv/R]